BLOG ATAU WEBSITE?

Apa yang Anda pikirkan tentang blog?
Blog mirip website, hanya saja fasilitasnya sederhana. Blog banyak digunakan oleh individu untuk publikasi individu ketimbang untuk publikasi produk perusahaan atau propaganda organisasi. Sedangkan website nampak lebih serius, visioner dan isinya eksklusif. Kesan lain tentang blog cenderung negatif, karena kebanyakan para pengisi “buku harian maya” itu cenderung bangga dengan dirinya sendiri. Para blogger gemar menuangkan soal-soal sepele. “gue pusing dengan ortu, kagak beliin pulsa minggu ini, padahal gue butuh curhat sama doi", tulis seorang blogger.
Bah! seolah orang lain pasti tertarik dengan persoalannya. Individu para blogger sangat terobsesi pada dirinya sendiri. Kalau mau lebih kasar lagi kita menilai; para blogger sok penting di mata orang lain. Haus popularitas, atau butuh perhatian.
Parahnya lagi, blog identik dengan manusia penebar kebencian, tukang fitnah, jago ngomong tanpa argumen. Silakah tambahkan kesan Anda tentang blog dan para blogger lebih buruk lagi. Klaim juga bahwa 99% blog adalah tempat membual yang hanya akan membuat waktu Anda terbuang percuma.
Tapi saya mohon tahan emosi Anda sejenak. Kita bicara tentang perkembangan blog secara lebih bijak. Kalau Anda telaten berselancar mencari para blogger, Anda akan menemukan kesan terbalik 180 derajat dari kesan buruk di atas. Blog bukan tempat bualan para individu yang sakit jiwa, tapi sudah menjelma menjadi "media massa" yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Di majalah BussinessWeek, Mei tahun lalu menyebutkan ada sekitar 9 juta blog di jaringan maya. Setiap hari, 40.000 blog baru bermunculan bak jamur di musim hujan.
Bagaimana tahun 2006?
Riset di sebuah lembaga ITRP, Finlandia (Informatics Technology Research and Publication) menyebutkan sudah ada lebih dari 89 juta blog sampai bulan Februari tahun ini.
Apakah ini bukti semakin banyak orang sakit jiwa?
Wartawan Stephen Baker dan Heather Green dari BussinesWeek melihat fenomena pentingnya orang membuat blog dengan analisis begini; "kita dapat membandingkannya dengan penemuan Johannes Gutenberg. Mesin cetak buatan lelaki Jerman itu, pada 1440, menghasilkan booming industri percetakan dan memicu revolusi informasi. Beberapa pakar berpendapat, temuan Gutenberg ikut menyebabkan Reformasi Protestan dan munculnya demokrasi gaya Barat.”
Maksud dari tulisan kedua wartawan ini ingin menyatakan bahwa mesin cetak tersebut mendorong pertumbuhan media massa. Beberapa orang yang memiliki mesin penerbitan dapat mengendalikan informasi. Mereka itulah yang memutuskan apa saja yang akan diketahui masyarakat.
Pendapat Stephen dan Heather ini kalau kita tarik dalam pembicaraan tentang blog mungkin menjadi sebuah keniscayaan; sebuah perkembangan dari evolusi sejarah tentang “dekonstruksi”, bahkan tidak mustahil ke depan blog akan meruntuhkan dominasi media konvensional.
Kita tahu, selama ini media massa cenderung “arogan” dalam menentukan informasi yang berhak diketahui publik. Pembaca tak bisa memilih kabar apa yang seharusnya diketahui. Apalagi media massa cenderung berpikir urusan publik. Seolah-olah hal-hal yang sifatnya privat tidak berhak tampil di media massa. Bahkan wartawan investigatif, yang banyak menghasilkan berita penting tidak bisa mempublikasikan investigasinya karena alasan klasik; pimpinan tak menghendaki berita itu keluar.
Kisah menarik dari dunia blog kita dapatkan dari Hossein Derakhshan. Lelaki berumur 28 tahun asal Iran yang bekerja di Toronto ini gemar menulis politik Iran. Blog-nya dibaca ribuan orang. Karena Hossein kritis terhadap pemerintah Iran, salah satu ketua partai pro-pemerintah Iran melobi pihak Yahoo agar blog Hossein ditutup. Sayangnya, di Iran Yahoo tak memiliki layanan AdSense sehingga tidak bisa menuruti kepentingan politisi Iran itu.
Ada banyak kisah tentang wartawan yang menulis informasi “rahasia” sehingga menarik perhatian banyak orang. Ke depan, saya kira blog akan menjadi media partisipatif.
Berbagai kasus di perusahaan, atau pemerintahan juga tidak sedikit yang terbungkam. Hanya urusan tertentu yang bisa terpublikasikan. Masalah-masalah karyawan yang dirugikan atasan misalnya, tentu tidak masuk kategori konsumsi publik. Nah, kalau Anda termasuk orang yang ingin mempublikasikan informasi "yang terbungkam" oleh kepentingan pihak media massa, atau informasi "yang lain" yang tak mungkin dipublikasikan media massa, blog akan menjadi sahabat terbaik Anda.
Blog bukan subyek. Para blogger-lah yang pada akhirnya akan menentukan isi tulisannya itu sesuai dengan apa yang terjadi atau yang tidak. Sekarang Anda boleh mencoba lebih agresif meneliti fenomena blog yang mungkin tidak lama lagi akan menjungkir-balikkan media massa konvensional.
Kalau Anda membenci blog milik pembual, jangan anggap semua blog begitu. Ada banyak blog yang berisi ulasan para cerdik cendikia yang rugi kalau kita abaikan. Mungkin Anda bisa dapatkan pandangan politik pakar A tentang MUI. Sang pakar mungkin saja selama ini selalu bersikap kritis dalam artikel-artikel media massa. Tapi sekritis apapun pendapatnya, tetap saja dalam batas “etika” media massa. Lain halnya kalau sang Pakar bicara blak-blakkan diblog; lebih terbuka dan lengkap argumentasinya.
Teman saya, Coen Husein Pontoh rajin menulis di blog-nya coen-husein-pontoh.blogspot.com. Tulisan Coen yang terbit di media massa saya anggap biasa-biasa saja. Padahal saya tahu, Coen ini tergolong cowok galak. Kalau selama ini kegalakkannya tidak tersalurkan melalui media massa, maka kita akan dapatkan diblog-nya. Tapi jangan salah, Coen hanya galak kalau urusan politik, terutama mengkritik pemerintah. Untuk soal lain, tentu lain soal.
Dari blognya rekan Andreas Harsono juga saya dapatkan tulisan-tulisan tentang jurnalistik yang belum saya baca di media massa. Sayangnya, blognya Andreas isinya konvensional seperti website.
***
Mengelola blog yang baik tidak mudah. Kalau kita terlalu membual orang sebal, terlalu serius pembaca merasa berat berpikir. Tidak semua pembaca mempunyai interes terhadap hal-hal yang serius, kadang hanya ingin sekadar dapat informasi ringan, tapi perlu.
Sampai tulisan ini berakhir, saya belum membuka data lain tentang blog, terutama fenomena bisnis para blogger yang sangat menarik. Seingat saya, blog yang berisi tentang bisnis, paling banyak digunakan orang. Mungkin karena blog lebih ekonomis ketimbang membuat website.
Perusahaan pengelola blog sendiri sampai tahun ini belum mendapatkan untung dari iklan. Tapi mereka nampak optimis karena perkembangan blogger sifatnya massal. lain dari itu, perusahaan blog juga tidak banyak mengeluarkan modal, dibanding jika mendirikan layanan online seperti Yahoo, Google, Altavista, atau Alabama yang kita tahu sudah mengeluarkan modal miliaran dollar.
Blog mendapat tempat bagi siapapun, sebab cara membuatnya tidak susah. Anda hanya butuh waktu sepuluh menit untuk mendaftar. Selanjutnya, terserah Anda mau nulis apa. Saya hanya butuh waktu dua jam untuk memasukkan 20 artikel saya yang pernah dimuat di media cetak. Nanti, blog http://faizmanshur.eponym.com ini akan saya gunakan sebagai penyimpan data tulisan-tulisan saya,-baik yang pernah terbit di media massa atau yang tidak.
Blog bukan sekadar sarana publikasi, tapi juga cocok menyimpan data. Jangan khawatir data akan hilang, sebab Yahoo dan Google sudah memfasilitasi data yang masuk dalam mesin pengacaknya tetap bertahan di Yahoo dan Google. Tentu, blog menyenangkan bagi orang seperti saya yang sering kehilangan arsip-arsip di komputer.Menjadi blogger memang mudah, tapi jangan harap bermanfaat bagi Anda kalau tidak dikelola secara baik. Yang baik bagaimana? Blog adalah dunia teks. Maka tulisan yang muncul usahakan bermutu. Silakah cari tafsir "bermutu" itu yang bagaimana. Mungkin kita bisa mendapatkan pelajaran dari teori jurnalistik dan teori public relation dunia online, termasuk juga belajar dari blog yang sudah berhasil meraih simpati pembacanya. Selamat menjadi blogger...(Faiz Manshur, 17 April 2006)
Previous
Next Post »

Terima kasih Komentar Anda! ConversionConversion EmoticonEmoticon